Sebutkan
secara jelas pengertian dari etika dan
moralitas
Etika
: Istilah etika, moral dan moralitas seringkali digunakan secara
bergantian. Meskipun etika dan moral tersebut hampir sama, namun terdapat
perbedaan antara keduanya. Sebelum membicarakan perbedaannya, kita tinjau
terlebih dahulu pengertian etika dan moral.
Istilah “etika” berasal dari Yunani kuno,ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir dll. Jadi secara etimologis “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan/ilmu tentang adat kebiasaan, adat. Jadi etimologi kata etika sama dengan moral yang berarti adat kebiasaan.
Etika merupakan cabang dari filsafat yang berkaitan dengan studi tentang prinsip-prinsip dan tindakan-tindakan moral. De George dikutip oleh kridawati (2004:2) mendefinisikan sebagai berikut: etika adalah suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan penalaran untuk memberikan arti bagi pengalaman-pengalaman moral pribadi dan social untuk menentukan aturan-aturan yang menuntun perilaku manusia. Etiket, asal kata etiquette (Perancis), yaitu tata cara dan tatakrama yang baik dalam tingkah laku. Etiket adalah sekumpulan aturan-aturan kesopanan yang tidak tertulis namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin sukses dalam perjuangan hidup, persaingan dan pergaulan.
Etiket didukung oleh berbagai nilai, yaitu : Nilai-nilai kepentingan umum, Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan, Nilai-nilai kesejahteraan, Nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai, Nilai diskresi (discretion=pertimbangan) penuh pikir, mampu membedakan sesuatu yang patut dirahasiakan dan yang boleh dikatakan / tidak dirahasiakan.
Istilah “etika” berasal dari Yunani kuno,ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir dll. Jadi secara etimologis “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan/ilmu tentang adat kebiasaan, adat. Jadi etimologi kata etika sama dengan moral yang berarti adat kebiasaan.
Etika merupakan cabang dari filsafat yang berkaitan dengan studi tentang prinsip-prinsip dan tindakan-tindakan moral. De George dikutip oleh kridawati (2004:2) mendefinisikan sebagai berikut: etika adalah suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan penalaran untuk memberikan arti bagi pengalaman-pengalaman moral pribadi dan social untuk menentukan aturan-aturan yang menuntun perilaku manusia. Etiket, asal kata etiquette (Perancis), yaitu tata cara dan tatakrama yang baik dalam tingkah laku. Etiket adalah sekumpulan aturan-aturan kesopanan yang tidak tertulis namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin sukses dalam perjuangan hidup, persaingan dan pergaulan.
Etiket didukung oleh berbagai nilai, yaitu : Nilai-nilai kepentingan umum, Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan, Nilai-nilai kesejahteraan, Nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai, Nilai diskresi (discretion=pertimbangan) penuh pikir, mampu membedakan sesuatu yang patut dirahasiakan dan yang boleh dikatakan / tidak dirahasiakan.
Moral dalam
pengertiannya yang umum menaruh penekanan kepada karakter dan sifat-sifat
individu yang khusus, diluar ketaatan kepada peraturan. Maka moral merujuk
kepada tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa kasih, kemurahan hati,
kebenaran jiwa, dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak terdapat dalam
peraturan-peraturan hukum. Sedangkan moralitas mempunyai makna yang lebih
khusus sebagai bagian dari etika. Moralitas berfokus kepada hukum-hukum dan
prinsip-prinsip yang absrak dan bebas. Orang yang menginkari janji yang telah
diucapkannya dapat dianggap sebagai orang yang tidak dapat dipercaya atau tidak
etis tetapi bukan berarti tidak bermoral, tekanannya disini adalah pada unsur keseriusan
pelanggaran yang dilakukan.
Secara epistemologis etika, moral dan moralitas memiliki pengertian yang sama namun ketiganya dapat dibedakan. Etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Di samping itu etika lebih banyak dikaitkan dengan prinsip-prinsip moral yang menjadi landasan bertindak seseorang yang mempunyai profesi tertentu. Sebaliknya moral lebih tertuju pada perbuatan orang secara individual,moral mempersoalkan kewajiban manusia sebagai manusia. Dengan demikian nampaklah walaupun terdapat sedikit perbedaan, keterkaitan antara etika dan moral sangatlah erat.
Moralitas dimaksudkan untuk menentukan sampai sejauhmana seseorang memiliki dorongan untuk melaksanakan tindakan-tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan moral. Dalam hal ini latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman dan karakter individu adalah sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat moralitas seseorang. Tingkat moralitas ini tidaklah diukur perbedaannya secara hitam putih, tetapi diukur dari kadar /kuat tidaknya dorongan seseorang itu untuk mencari kebenaran atau kebaikan. Jadi sekali lagi moralitas berkenaan dengan nilai-nilai etika dan moral yang terdapat di dalam hati nurani seseorang beserta internalisasi nilai-nilai itu dalam dirinya.
Secara epistemologis etika, moral dan moralitas memiliki pengertian yang sama namun ketiganya dapat dibedakan. Etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Di samping itu etika lebih banyak dikaitkan dengan prinsip-prinsip moral yang menjadi landasan bertindak seseorang yang mempunyai profesi tertentu. Sebaliknya moral lebih tertuju pada perbuatan orang secara individual,moral mempersoalkan kewajiban manusia sebagai manusia. Dengan demikian nampaklah walaupun terdapat sedikit perbedaan, keterkaitan antara etika dan moral sangatlah erat.
Moralitas dimaksudkan untuk menentukan sampai sejauhmana seseorang memiliki dorongan untuk melaksanakan tindakan-tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan moral. Dalam hal ini latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman dan karakter individu adalah sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat moralitas seseorang. Tingkat moralitas ini tidaklah diukur perbedaannya secara hitam putih, tetapi diukur dari kadar /kuat tidaknya dorongan seseorang itu untuk mencari kebenaran atau kebaikan. Jadi sekali lagi moralitas berkenaan dengan nilai-nilai etika dan moral yang terdapat di dalam hati nurani seseorang beserta internalisasi nilai-nilai itu dalam dirinya.
Sebutkanlah
macam-macam norma dan sebutkan pula pengertiannya masing-masing secara lengkap
Norma
agama adalah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai
perintah-perintah, larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari
Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat.
Norma
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari
manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat
penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh
seluruh umat manusia.
Norma
Kesopanan adalah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu
sendiri untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat
saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah
dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang
bersangkutan itu sendiri. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan,
atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut
sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi
seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan
hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan
bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian.
Norma
Hukum adalah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga
kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa
berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan
agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya
berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran
peraturan-peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh
kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara.
Terangkan secara lengkap mengenai “teori
etika”
Pengertian Etika
Menurut Kamus Besar
Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Etika adalah Ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral
Menurut Maryani &
Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
profesi”
Dari asal usul kata,
Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/ kebiasaan
yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan pada umumnya
Etika disebut juga
filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan)
manusia.
Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak.
Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma
hukum, norma agama, norma moral dan norma sopan santun.
· Norma hukum
berasal dari hukum dan perundang-undangan
· Norma agama
berasal dari agama
· Norma moral
berasal dari suara batin.
· Norma sopan
santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika
Fungsi Etika
A. Sarana untuk
memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang
membingungkan.
B. Etika ingin
menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi
secara rasional dan kritis.
C. Orientasi etis
ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme
Secara
umum etika di bagi menjadi ? jelaskan secara rinci
Etika itu di bagi tiga,
yaitu
1.Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2.Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai
pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan
menjadi (3)jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif
Jelaskan
mengenai mitos bisnis amoral
Mitos Bisnis Amoral
Sebagian besar pendapat
mengatakan bahwa bisnis dengan moral tidak ada hubungannya sama sekali, etika
sangat bertentantangan dengan bisnis dan membuat pelaku bisnis kalah dalam
persaingan bisnis, karenanya pelaku bisnis tidak diwajibkan mentaati norma,
nilai moral, dan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan bisnis perusahaan.
Hal ini yang menyebabkan pendapat diatas belum tentu benar, bahkan sebagian
besar pendapat lain mengatakan bahwa bisnis dengan moralitas memiliki hubungan
yang sangat erat, etika harus dipraktekkan langsung dengan kegiatan bisnis dan
membuat perusahaan bisa bersaing secara sehat karena memegang komitmen, prinsip
yang terpercaya terhadap kode etis, norma, nilai moral, dan aturan-aturan yang
dianggap baik dan berlaku dalam lingkungan bisnis perusahaan. Sebelum bisnis
dijalankan, perusahaan – perusahaan wajib memenuhi persyaratan secara legal
sesuai dengan dasar hukum dan aturan yang berlaku, tetapi apakah bisnis dapat
diterima secara moral.
Persaingan dunia bisnis
yang modern saat ini, perusahaan telekomunikasi dapat mengutamakan etika
bisnis, yaitu : pelaku bisnis di tuntut menjadi orang yang profesional di
bidang usahanya (dalam hal ini bidang yang profesional ialah bidang
telekomunikasi) yang meliputi kinerja dalam bisnis, manajemen, kondisi keuangan
perusahaan, kinerja etis dan etos bisnis yang baik. Perusahaan dapat mengetahui
bahwa konsumen adalah raja, dengan ini pihak perusahaan dapat menjaga
kepercayaan konsumen, meneliti lebih lanjut lagi terhadap selera dan kemauan
konsumen serta menunjukkan citra (image) bisnis yang etis dan baik. Peran
pemerintah yang menjamin kepentingan antara hak dan kewajiban bagi semua pihak yang
ada dalam pasar terbuka, dengan ini perusahaan harus menjalankan bisnisnya
dengan baik dan etis. Perusahaan modern menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang harus di eksploitasi demi mencapai keuntungan perusahaan. Selain
men=mperhatikan keutamaan etika bisnis, sasaran dan lingkup etika bisnis juga
harus diperhatikan, seperti : Tujuan perusahaan melakukan bisnis adalah untuk
mengajak pelaku bisnis agar dapat menjalankan bisnisnya sesuai dengan etika dan
bisnis yang baik. Menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, kaaryawan, dan
pelaku bisnis akan kepentingan dan hak mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga. Etika bisnis juga membicarakan system ekonomi
yang sangat menentukan etis tidaknya bisnis dijalankan
Sebutkan
dan jelaskan prinsip-prinsip etika bisnis
Etika Bisnis
A. Etika Bisnis itu
dibangun berdasarkan etika pribadi: Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika
bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan
moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
B. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
C. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas. Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.
D. Etika Bisnis itu membutuhkan kejujuran. Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyika cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
E. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda.
F. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
G. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.
H. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
I. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
J. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
B. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
C. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas. Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.
D. Etika Bisnis itu membutuhkan kejujuran. Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyika cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
E. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda.
F. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
G. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.
H. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
I. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
J. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Sebutkan
dan jelaskan mengenai kelompok stakeholder
Kelompok Stakeholder
Untuk keperluan
manajemen dan pengambilan keputusan, sosiolog akan sering perlu untuk
mengidentifikasi "primer" dan "sekunder" stakeholder. Pemangku
kepentingan utama dapat didefinisikan sebagai mereka yang memiliki kepentingan
langsung dalam sumber daya, baik karena mereka bergantung pada itu untuk mata
pencaharian mereka atau mereka terlibat langsung dalam eksploitasi dalam
beberapa cara. Pemangku kepentingan sekunder akan menjadi orang-orang
dengan minat yang lebih tidak langsung, seperti mereka yang terlibat dalam
lembaga atau instansi terkait dengan pengelolaan sumber daya atau orang-orang
yang tergantung setidaknya sebagian pada kekayaan atau bisnis yang dihasilkan
oleh sumber daya.
Konsep stakeholder
tidak hanya untuk memperpanjang mereka yang terlibat langsung dalam eksploitasi
sumber daya tetapi meluas ke semua orang yang berasal dari beberapa bentuk
manfaat dari sumber daya atau daerah di mana ia ditemukan. Dalam kasus
sumber daya laut, hal ini dapat mencakup nelayan, semua pihak yang terlibat
dalam pengolahan dan penjualan ikan, ikan konsumen, wisatawan di daerah,
operator transportasi dan penumpang mereka, industri menggunakan air atau
polusi itu, orang yang terlibat dalam kehutanan di hutan mangrove daerah, dan
sejumlah kelompok atau individu lain yang memiliki kepentingan marginal
lebih.Setidaknya untuk kelompok-kelompok yang diidentifikasi sebagai memiliki
kepentingan yang signifikan atau berasal manfaat penting, analisis sosiologis
harus melihat prioritas dan motivasi, proses pengambilan keputusan dan
lembaga-lembaga, dan memahami hubungan sosial, ekonomi dan budaya antara
masing-masing kelompok dan sumber daya.
Setidaknya pada
awalnya, istilah "stakeholder" harus ditafsirkan dalam arti
seluas-luasnya. Kelima tingkat analisis sudah dibahas semua perlu dianggap
sebagai faktor yang mungkin menentukan kelompok stakeholder atau mempengaruhi
karakteristik dari kelompok-kelompok. Jenis kelamin, usia, afiliasi
komunitas, tingkat rumah tangga dan hubungan struktur produksi-unit semua
kemungkinan untuk mempengaruhi keterlibatan dalam atau tingkat ketergantungan
pada perikanan tertentu.
Seperti dalam kasus
beberapa nelayan kasta di Asia Selatan, seluruh masyarakat dapat bergantung
pada perikanan tertentu dengan mengesampingkan dekat sumber mata pencaharian lain. Dalam
kasus seperti kelompok yang relatif homogen dari stakeholder dengan lebih atau
kurang seragam "saham" dalam sumber daya dapat dengan mudah
diidentifikasi. Tapi, lebih umum, berbagai faktor sosial, budaya dan
ekonomi bertanggung jawab untuk menentukan pola yang lebih kompleks
stakeholding dengan faktor-faktor seperti denominasi agama, latar belakang
etnis, status sosial dan ekonomi, kegiatan profesional, panjang tinggal dan
berpindah atau pengungsi Status semua memainkan peran.
Dalam rumah tangga,
isu-isu lain bertanggung jawab untuk dipertaruhkan – peran perempuan, derajat
mereka mobilitas dan panggung dalam siklus pengembangan rumah tangga semua bisa
menjadi relevan.
Anggota yang berbeda
dari unit produksi juga akan memiliki kepentingan yang berbeda dan saham di
sumber daya sesuai dengan manfaat yang mereka peroleh dari penggunaannya. Pemilik
alat tangkap dan kerajinan yang merupakan investasi besar yang bertujuan untuk
mengeksploitasi perikanan tertentu akan memiliki saham yang berbeda dalam sumber
daya dibandingkan dengan awak yang hanya dapat bekerja musiman di perikanan dan
dapat pindah ke perikanan lain atau sektor lain relatif mudah.
Isu gender
Perempuan bertanggung
jawab untuk membentuk kelompok yang berbeda dari para pemangku kepentingan di
perikanan kebanyakan dan perempuan dari latar belakang sosial dan ekonomi yang
berbeda juga mungkin memiliki kepentingan yang berbeda dan berbeda. Perhatian
khusus perlu diberikan pada perikanan di mana akses relatif mudah, seperti
perikanan dataran banjir atau rawa pesisir perikanan, karena mungkin ada
keterlibatan cukup penting perempuan yang tidak selalu sangat jelas dan yang
harus diselidiki secara khusus.
Usia isu
Demikian juga,
perhatian harus dibayarkan kepada kelompok usia tertentu yang mungkin merupakan
kepentingan stakeholder bijaksana. Orang-orang tua mungkin bergantung pada
akses ke "mudah" perikanan yang perikanan manajer mungkin ingin
melihat dikendalikan. Anak-anak bisa membuat kontribusi yang signifikan
terhadap pasokan pangan keluarga dengan memancing sesekali dan keprihatinan
dari kelompok-kelompok ini dapat dengan mudah diabaikan.
Masyarakat
Masyarakat umumnya
lebih mudah untuk mengidentifikasi dan menangani daripada kelompok pemangku
kepentingan ditentukan oleh usia dan jenis kelamin karena mereka lebih mudah
diidentifikasi oleh anggota mereka. Namun, sering ada taruhannya sangat
berbeda dipegang oleh anggota masyarakat yang berbeda yang harus diklarifikasi
dan diperhitungkan. Pemimpin mungkin berkaitan dengan sumber daya dan
penggunaannya sebagai kontrol akses ke sumber daya akan menambah prestise
pribadi mereka. Masyarakat secara keseluruhan mungkin memiliki masalah
serupa dan ingin meningkatkan prestise mereka dalam hubungannya dengan kelompok
lainnya. Pada saat yang sama, berbagai anggota masyarakat mungkin
bergantung dengan cara yang jauh lebih konkret dan mendasar pada akses mereka
ke sumber daya perikanan untuk mata pencaharian mereka.
Rumah tangga
Dalam beberapa kasus,
rumah tangga mungkin memiliki kepentingan yang berbeda dalam sumber daya yang
dapat dibedakan dari orang-orang dari komunitas atau kelompok lain taruhannya.
Produksi unit
Berbagai jenis unit
produksi dan anggota mereka biasanya akan mewakili kelompok stakeholder jelas
berbeda. Unit operasi gigi statis besar seperti bagnets ditetapkan di
wilayah pesisir memiliki minat khusus dalam akses stabil seperti gigi mereka
tidak bergerak dan hanya dapat digunakan dalam kondisi tertentu. Artisanal
unit kecil dengan menggunakan berbagai skala kecil alat tangkap, seperti pukat,
perangkap dan garis yang lebih mudah beradaptasi dan keprihatinan mereka
bertanggung jawab untuk menjadi berbeda. Kesadaran variasi ini sangat
penting untuk memastikan bahwa set yang berbeda dari kepentingan produsen
'sedang diperhitungkan.
Lainnya pengguna air
Grup tidak terlibat
dalam perikanan, tetapi memanfaatkan sumber daya air juga perlu diperhitungkan
sebagai stakeholder penting ketika berhadapan dengan sumber daya air. Dalam
perikanan air tawar, petani menggunakan air untuk irigasi akan sering memegang
pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan mengenai bagaimana air
diatur daripada berstatus rendah nelayan. Demikian pula, mereka yang
terlibat dalam transportasi air mungkin perlu dipertimbangkan ketika rencana
sedang dibuat untuk perikanan.
Semakin, wisatawan dan
mereka yang terlibat dalam sektor pariwisata merupakan pemangku kepentingan
yang penting dalam pengelolaan perikanan karang tropis sebagai potensi
pendapatan dari menyelam dan snorkeling bisa lebih dari yang berasal dari ikan. Namun,
manfaat dari kedua perbedaan penggunaan sumber daya yang sama akan sering
disalurkan dengan cara yang sangat berbeda.
Sebutkan
kriteria dan prinsip etika utilitarianisme, sebutkan pula nilai positif dan
kelemahannya
Utilitarianisme
dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1784 – 1832). Dalam ajarannya
Ultilitarianisme itu pada intinya adalah “ Bagaimana menilai baik atau buruknya
kebijaksanaan sospol, ekonomi dan legal secara moral” (bagaimana menilai
kebijakan public yang memberikan dampak baik bagi sebanyak mungkin orang secara
moral).
Etika Ultilitarianisme, kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sama – sama bersifat teologis. Artinya keduanya selalu mengacu pada tujuan dan mendasar pada baik atau buruknya suatu keputusan.
Keputusan Etis = Utilitarianisme
Keputusan Bisnis = Kebijakan Bisnis
Ada dua kemungkinan dalam menentukan kebijakaan publik yaitu kemungkinan diterima oleh sebagian kalangan atau menerima kutukan dari sekelompok orang atas ketidaksukaan atas kebijakan yang dibuat.
Bentham menemukan dasar yang paling objektif dalam menentukan kebijakan umum atau publik yaitu : apakah kebijakan atau suatu tindakan tertentu dapat memberikan manfaat atau hasil yang berguna atau bahkan sebaliknya memberi kerugian untuk orang – orang tertentu.
1. Kriteria dan Prinsip Utilitarianisme
Ada tiga kriteria objektif dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai kebijaksanaan atau tindakan.
a.Manfaat : bahwa kebijkaan atau tindakan tertentu dapat mandatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
b.Manfaat terbesar : sama halnya seperti yang di atas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
c.Pertanyaan mengenai menfaat : manfatnya untuk siapa? Saya, dia, mereka atau kita.
Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika Utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Dengan kata lain, kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok tertentu.
Atas dasar ketiga Kriteria tersebut, etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yaitu :
1.Tindakan yang baik dan tepat secara moral
2.Tindakan yang bermanfaat besar
3.Manfaat yang paling besar untuk banyak orang.
Dari ketiga prinsip di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ bertindaklah sedemikian rupa, sehingga tindakan itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak orang mungkin”.
2. Nilai positif etika ultilitarinisme
etika ultilitarinisme tidak memaksakn sesuatu yang asing pada kita. Etika ini justru mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut penganutnya dilakukan oleh kita sehari–hari
Etika Ultilitarianisme, kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sama – sama bersifat teologis. Artinya keduanya selalu mengacu pada tujuan dan mendasar pada baik atau buruknya suatu keputusan.
Keputusan Etis = Utilitarianisme
Keputusan Bisnis = Kebijakan Bisnis
Ada dua kemungkinan dalam menentukan kebijakaan publik yaitu kemungkinan diterima oleh sebagian kalangan atau menerima kutukan dari sekelompok orang atas ketidaksukaan atas kebijakan yang dibuat.
Bentham menemukan dasar yang paling objektif dalam menentukan kebijakan umum atau publik yaitu : apakah kebijakan atau suatu tindakan tertentu dapat memberikan manfaat atau hasil yang berguna atau bahkan sebaliknya memberi kerugian untuk orang – orang tertentu.
1. Kriteria dan Prinsip Utilitarianisme
Ada tiga kriteria objektif dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai kebijaksanaan atau tindakan.
a.Manfaat : bahwa kebijkaan atau tindakan tertentu dapat mandatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
b.Manfaat terbesar : sama halnya seperti yang di atas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
c.Pertanyaan mengenai menfaat : manfatnya untuk siapa? Saya, dia, mereka atau kita.
Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika Utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Dengan kata lain, kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok tertentu.
Atas dasar ketiga Kriteria tersebut, etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yaitu :
1.Tindakan yang baik dan tepat secara moral
2.Tindakan yang bermanfaat besar
3.Manfaat yang paling besar untuk banyak orang.
Dari ketiga prinsip di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ bertindaklah sedemikian rupa, sehingga tindakan itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak orang mungkin”.
2. Nilai positif etika ultilitarinisme
etika ultilitarinisme tidak memaksakn sesuatu yang asing pada kita. Etika ini justru mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut penganutnya dilakukan oleh kita sehari–hari
Kelemahan etika ultilitarinisme
a. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam praktiknya malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Kaarena manfaat manusia berbeda yang 1 dengan yang lainnya.
b. Persoalan klasik yang lebih filosofis adalag bahwa etika ultilitarinisme tidak pernaah menganggap serius suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai dari suatu tindakan sejauh kaitan dengan akibatnya. Padahal, sangat mungkin terjadi suatu tindaakan pada dasarnya tidak baik, tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat
c. etika ultilitarinisme tidk pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik seseorang
d. variable yang dinilai tidaak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena itu sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.
e. Kesulitan dalam menentukan prioritas mana yang paling diutamakan.
f. Bahwa etika ultilitarinisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingn mayoritas. Yang artinya etika ultilitarinisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang lebih bagi sekelompok orang.
a. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam praktiknya malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Kaarena manfaat manusia berbeda yang 1 dengan yang lainnya.
b. Persoalan klasik yang lebih filosofis adalag bahwa etika ultilitarinisme tidak pernaah menganggap serius suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai dari suatu tindakan sejauh kaitan dengan akibatnya. Padahal, sangat mungkin terjadi suatu tindaakan pada dasarnya tidak baik, tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat
c. etika ultilitarinisme tidk pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik seseorang
d. variable yang dinilai tidaak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena itu sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.
e. Kesulitan dalam menentukan prioritas mana yang paling diutamakan.
f. Bahwa etika ultilitarinisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingn mayoritas. Yang artinya etika ultilitarinisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang lebih bagi sekelompok orang.
Sebutkan
syarat bagi tanggung jawab moral, status perusahaan, serta argumen yang
mendukung dan menentang perlunya keterlibatan sosial perusahaan
Syarat dan Tanggung Jawab
1. Syarat
bagi Tanggung Jawab Moral
Tindakan itu dijalankan
oleh pribadi yang rasional
Bebas dari tekanan,
ancaman, paksaan atau apapun namanya
Orang yang melakukan
tindakan tertentu memangmau melakukan tindakan itu
2. Status
Perusahaan
Terdapat dua pandangan
(Richard T. De George,Business Ethics, hlm.153), yaitu:
• Legal-creator,
perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hukum
• Legal-recognition,
suatu usaha bebas dan produktif
Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh
mana perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton
Friedman,The Social Responsibilities of Business to Increase Its Profits,New
York Times Magazine,13-09-1970)
Ø Anggapan
bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan mengatakan
bahwa kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh manusia
Ø Tanggung
jawab moral perusahaan dijalankan oleh staf manajemen
Ø Tanggung
jawab legal tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral
Sesungguhnya, pada tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul
tanggung jawab sosial dan moral perusahaan ini, melainkan seluruh karyawan.
3. Lingkup
Tanggung jawab Sosial
· Keterlibatan
perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas
· Keuntungan
ekonomis
4. Argumen
yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
• Tujuan
utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
• Tujuan
yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
• Biaya
Keterlibatan Sosial
• Kurangnya
Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
5. Argumen
yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
Kebutuhan dan Harapan
Masyarakat yang Semakin Berubah
Terbatasnya Sumber Daya
Alam
Lingkungan Sosial yang
Lebih Baik
Perimbangan Tanggung
Jawab dan Kekuasaan
Bisnis Mempunyai Sumber
Daya yang Berguna
Keuntungan Jangka
Panjang